Bismillah

Pada artikel kali ini, saya akan membahas mengenai shell argumens, yaitu bagaimana agar kita dapat memasukkan parameter tertentu saat memanggil script yang telah kita tulis atau saat memanggul fungsi yang telah kita definisikan.

Parameter/argumen

Mari kita lihat pada command cp berikut ini:

1
cp -f file1 file2

Command diatas bisa diartikan dengan “menyalin secara paksa file1 sebagai file2”.

Paksaan yang dimaksud adalah jika file2 sebelumnya telah ada, maka langsung menimpa file2 tersebut dengan file1tanpa memberitahu user terlebih dahulu. Pada command cp, struktur dasar penggunaannya adalah:

1
cp [OPSI] <FILE SUMBER> <FILE TUJUAN>

Sintaks yang berada dalam kurung kotak, merupakan parameter opsional, alias boleh diberi boleh tidak. Kemudian dalam kurung lancip, adalah wajib. Maka pemberian parameter FILE SUMBER dan FILE TUJUAN adalah wajib.

Interpretasi shell bash

Jika sintaks diatas kita bedah satu persatu, maka shell bash akan menginterpretasikan masing-masing parameter/argumen yang diinputkan sebagai variabel-variabel yang bisa diakses. Variabel-variabel tersebut dimulai dari variabel $0 yang itu merupakan nama program/script yang dijalankan, kemudian $1 yang merupakan argumen pertama, hingga $n (dimana n adalah jumlah variabel).

Sehingga, pada contoh diatas, maka bisa didapatkan variabel-variabel berikut:

  1. $0 adalah cp
  2. $1 adalah -f
  3. $2 adalah file1, dan
  4. $3 adalah file2

Percobaan

Sebagai pembuktian, mari dicoba dengan script coba.sh sederhana berikut ini:

1
2
3
4
5
#!/usr/bin/env bash

echo "\$0 = $0"
echo "\$1 = $1"
echo "\$2 = $2"

Hasil tesnya adalah

1
2
3
4
$ ./coba.sh halo bismillah
$0 = ./coba.sh
$1 = halo
$2 = bismillah

Ini juga bisa digunakan untuk fungsi:

1
2
3
4
5
6
7
8
9
#!/usr/bin/env bash

main() {
	echo "\$0 = $0"
	echo "\$1 = $1"
	echo "\$2 = $2"
}

main "uji" "coba"

Maka saat dijalankan, akan mengeluarkan output:

1
2
3
4
$ ./coba.sh
$0 = ./coba.sh
$1 = uji
$2 = coba
💡
Disini perbedaannya adalah, $0 akan selalu merujuk pada program/shell script yang dijalankan, bukan fungsi yang dipanggil.

Contoh script

 1
 2
 3
 4
 5
 6
 7
 8
 9
10
11
12
13
14
15
#!/usr/bin/env bash

usage() {
    echo "Usage: $(basename $0) <nama>"
    exit
}

if [[ -z "$1" ]]; then
    echo "Masukkan namamu!"
    usage
fi

for _ in {1..3}; do
    echo "[$_] Namaku $1"
done
1
2
3
4
5
6
7
8
$ ./sapa.sh
Masukkan namamu!
Usage: sapa.sh <nama>

$ ./sapa.sh Fulan
[1] Namaku Fulan
[2] Namaku Fulan
[3] Namaku Fulan

Variabel $#, $@ dan $*

$#

Variabel $# digunakan untuk mengetahui jumlah parameter yang diberikan. Misalnya:

1
2
$ coba.sh a b c d
# maka nilai $# adalah 4

Ini bisa dimanfaatkan salahsatunya untuk melakukan validasi apakah user memberikan argumen atau tidak:

1
2
3
4
5
6
7
8
#!/usr/env/bin bash

if [[ $# -eq 0 ]]; then
	echo "Harap berikan argumen!"
	exit 1
fi

echo "Jumlah argumen: $#"

Maka saat dicoba:

1
2
3
4
5
$ ./coba.sh
Harap berikan argumen!

$ ./coba.sh aa bb cc dd ee
Jumlah argumen: 5

$@ dan $*

Dua variabel ini digunakan untuk mengakses seluruh argumen yang diberikan.

Contoh 1

1
2
3
4
5
6
7
#!/usr/bin/env bash

echo "Percobaan \$@"
echo "Arg: [ $@ ]"

echo "Percobaan \$*"
echo "Arg: [ $* ]"
1
2
3
4
5
$ ./coba.sh haha hehe hoho huhu
Percobaan $@
Arg: [ haha hehe hoho huhu ]
Percobaan $*
Arg: [ haha hehe hoho huhu ]

Pertanyaannya, jika outputnya sama, mengapa dibedakan? Pada contoh diatas, tidak akan ketara perbedaannya. Mari dilihat pada contoh berikutnya.

Contoh 2

1
2
3
4
5
6
7
#!/usr/bin/env bash

printf '== %s ==========\n' "Menggunakan \$@"
printf 'arg: %s\n' "$@"
echo 
printf '== %s ==========\n' "Menggunakan \$*"
printf 'arg: %s\n' "$*"
 1
 2
 3
 4
 5
 6
 7
 8
 9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
$ ./coba.sh 11 22 33 44
== Menggunakan $@ ==========
arg: 11
arg: 22
arg: 33
arg: 44

== Menggunakan $* ==========
arg: 11 22 33 44

$ ./coba.sh "haha" "ha~ha~" "haa haa" "hue hue" "hoo
hoo"
== Menggunakan $@ ==========
arg: haha
arg: ha~ha~
arg: haa haa
arg: hue hue
arg: hoo
hoo

== Menggunakan $* ==========
arg: haha ha~ha~ haa haa hue hue hoo
hoo

Maka:

  1. Variabel $@ akan expand dan masing-masingnya menjadi argumen.
  2. Variabel $* akan expand menjadi satu string utuh.

Nah, untuk bisa memahami kesimpulannya, maka saya coba berikan contoh script sederhana berikut ini.

Contoh 3

1
2
3
4
5
6
7
8
9
#!/usr/bin/env bash
# command file berfungsi untuk mengetahui jenis "file"
# command tersebut mendukung multi argumen, file file1 file2 ... fileN

printf '== %s ==========\n' "Menggunakan \$@"
file -- "$@" 

printf '== %s ==========\n' "Menggunakan \$*"
file -- "$*"
1
2
3
4
5
6
7
8
9
# Membuat file file1 s/d file3, pembahasan brace expansion
$ touch file{1..3} 
$ ./coba.sh file1 file2 file3
== Menggunakan $@ ==========
file1: empty
file2: empty
file3: empty
== Menggunakan $* ==========
file1 file2 file3: cannot open `file1 file2 file3' (No such file or directory)

Bisa diperhatikan, pada $@, sintaks file -- "$@", input ./coba.sh file1 file2 file3 akan terexpand sesuai dengan masing-masing argumennya file -- "file1" "file2" "file3" dengan total argumen sebanyak 4.

Sedangkan pada $* input yang sama, akan terekspand menjadi file -- "file1 file2 file3". Jika dipecah kembali, maka akan didapatkan total 2 argumen saja:

  1. Argumen 1: --
  2. Argumen 2: file1 file2 file3

Sehingga, secara harfiah, file yang bernama “file1 file2 file3” memang tidak ada pada folder tersebut.


Semoga bermanfaat, barakallahufiikum.